Skip to main content

PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING


Apa itu Pembelajaran Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT)?
Secara sederhana, dialog adalah percakapan antara orang-orang dan melalui dialog tersebut, dua masyarakat/kelompok atau lebih yang memiliki pandangan berbeda-beda bertukar ide, informasi dan pengalaman. Deep dialogue (dialog mendalam), dapat diartikan bahwa percakapan antara orang-orang tadi (dialog) harus diwujudkan dalam hubungan yang interpersonal, saling keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan (GDI, 2001). Sedangkan ciritical thinking (berpikir kritis) adalah kegiatan berpikir yang dilakukan dengan mengoperasikan potensi intelektual untuk menganalisis, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan secara tepat dan melaksanakannya secara benar.
Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam deep dialogue/critical thinking, antara lain adalah: adanya komunikasi dua arah dan prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan kesederajatan dan keberadaban serta empatisitas yang tinggi.
Dengan demikian, deep dialogue/critical thinking mengandung nilai-nilai demokrasi dan etis sehingga keduanya seharusnya dimiliki oleh manusia. Nilai-nilai demokrasi dan etis yang dijadikan orientasi dalam DD/CT, mempunyai kaitan erat dengan tujuan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia (PKn), terutama dalam pembentukan warga negara yang baik, demokratis, cerdas dan religious.
Sebagai pendekatan pembelajaran, pada dasarnya Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) bukanlah sebuah pendekatan yang baru sama sekali, akan tetapi telah diadaptasikan dari berbagai metode yang telah ada sebelumnya (GDI, 2001). Oleh karena itu, Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) bisa menggunakan semua metode pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya seperti Multiple Intelligences, Belajar Aktif, Keterampilan Proses ataupun Parthnership Learning Method, sebagaimana yang dikembangkan oleh Eisler. Dengan demikian, filosofi DD/CT melakukan penajaman-penajaman terhadap seluruh metode pembelajaran yang telah ada, baik yang bersifat konvensional maupun yang bersifat inovatif.
Fokus kajian pendekatan DD/CT dalam pembelajaran dikonsentrasikan dalam mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, melalui dialog secara mendalam dan berpikir kritis, tidak saja menekankan keaktifan peserta didik pada aspek fisik, akan tetapi juga aspek intelektual, sosial, mental, emosional dan spiritual. Peserta didik yang telah belajar di kelas yang menggunakan pendekatan DD/CT, diharapkan akan memiliki perkembangan koqnisi dan psikososial yang lebih baik. Mereka juga diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan hidup tentang DD/CT yang akan meningkatkan pemahaman terhadap dirinya dan terhadap orang lain yang berbeda dari diri mereka, dan oleh karena itu akan memperkuat penerimaan dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan.
Untuk keperluan pendekatan pembelajaraan, Global Dialogue Institute (2001) mengindetifikasi ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan DD/CT, yaitu: (1) peserta didik dan dosen nampak aktif; (2) mengoptimalisasikan potensi intelligensi peserta didik; (3) berfokus pada mental, emosional dan spiritual; (4) menggunakan pendekatan dialog mendalam dan berpikir kritis; (5) peserta didik dan dosen dapat menjadi pendengar, pembicara, dan pemikir yang baik; (6) dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari; (7) lebih menekankan pada nilai, sikap dan kepribadian.

Mengapa Menggunakan Pembelajaran Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking?
Proses belajar-mengajar adalah proses dialog. Sebagai proses dialog, praktik pembelajaran memerlukan prasyarat kesiapan fisik dan mental pelaku penyampai pesan dan penerima pesan pembelajaran
Pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) mengakses paham konstruktivis dengan menekankan adanya dialog mendalam dan berpikir kritis. Elemen-elemen dalam menerapkan konstruktivisme meliputi: (1) menghidupkan pengetahuan artinya pengetahuan sebelumnya harus dijadikan pertimbangan dalam membelajarkan materi baru; (2) memperoleh pengetahuan dalam arti perolehan tambahan pengetahuan harus dilakukan secara menyeluruh , bukan berupa paket-peket kecil. Hal ini dapat dianalogkan belajar berenang, peserta didik harus mempraktekkannya, setelah paham akan proses berenang, dosen dapat membelajarakan secara individual tentang berbagai gerakan dan gaya berenang; (3) memahami pengetahuan ini berarti peserta didik harus menggali, menemukan dan menguji semua pengetahuan baru yang diperoleh. Mereka perlu mendiskusikan dengan dosennya dengan teman, saling membelajarkan, saling mengkritik, serta membantu lainnya memperbaiki susunan perolehan pengetahuan yang dibelajarkan; (4) menggunakan pengetahuan artinya peserta didik memperoleh kesempatan memperluasan wawasan, menyaring pengetahuan dengan menggunakan berbagai cara dalam bentuk pemecahan masalah; (5) Refleksi pengetahaun yang diperoleh
Dengan deep dialogue/critical thinking, seseorang diharapkan mampu di samping mengenali diri sendiri juga mengenal diri orang lain. Selain itu, dengan dialog mendalam/berpikir kritis, orang akan belajar mengenal dunia lain di luar dunia dirinya dan selanjutnya mampu menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Hal ini membuka kemungkinan-kemungkinan untuk memahami makna yang fundamental dari kehidupan secara individual dan kelompok dengan berbagai dimensinya. Dengan demikian, pada skala yang lebih luas, dialog lebih mengandalkam ‘cara berpikir baru’ untuk memahami dunia.
Melalui deep dialogue/critical thinking, orang juga akan mampu mengikuti dunia lain dan secara perlahan-lahan mengintegrasikannya dalam kehidupan dirinya. Kapasitas dialog dan berpikir dalam DD/CT, pada dasarnya mendudukkan jabatan seseorang pada posisi yang sejajar, penuh kebijaksanaan dan terbuka satu sama lain. Dengan kegiatan beripikir kritis, orang dapat melakukan pemikiran yang jernih dan kritis, membagi rasa, saling mengasihi sehingga perbedaan pendapat dan pandangan yang ada dapat dipecahkan dan dicerahkan dengan dialog terbuka.
Dalam pandangan teori belajar humanistik, belajar menekankan pada isi dan proses yang berorientasi pada peserta didik sebagai subyek belajar (Rianto 2000). Teori ini bertujuan untuk memanusiakan manusia agar mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan. Teoris humanistik Kolb (dalam Irawan, 1996), membagi belajar ke dalam empat tahap, yaitu: (1) tahap pengalaman konkret; yaitu perserta didik dalam belajarnya hanya sekedar ikut mengalami suatu peristiwa; (2) tahap pengamatan kreatif dan reflektif, yaitu secara lambat laun peserta didik mampu mengdakan pengamatan secara aktif terhadap suatu peristiwa dan mulai memikirkan untuk memahaminya; (3) tahap konseptualisasi, yaitu peserta didik mampu membuat abstraksi dan generalisasi berdasarkan contoh-contoh peristiwa yang diamati; dan (4) tahap eksperimentasi aktif, peserta didik mampu menerapkan suatu aturan umum pada situasi baru.
Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam deep dialogue/critical thinking, antara lain adalah: adanya prinsip komunikasi multi arah, prinsip pengenalan diri untuk mengenal dunia orang lain, prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan kesederajatan, prinsip saling memberadabkan (civilizing) dan memberdayakan (empowering), prinsip keterbukaan dan kejujuran serta prinsip empatisitas yang tinggi (Al-Hakim, 2002).
Dengan deep dialogue/critical thinking, seseorang di samping mampu mengenali diri sendiri juga mengenal diri orang lain. Selain itu, dengan dialog mendalam/berpikir kritis, orang akan belajar mengenal dunia lain di luar dunia dirinya dan selanjutnya mampu menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Hal ini membuka kemungkinan-kemungkinan untuk memahami makna yang fundamental dari kehidupan secara individual dan kelompok dengan berbagai dimensinya. Dengan demikian, pada skala yang lebih luas, dialog mendalam dan berpikir kritis lebih mengandalkam ‘cara berpikir baru’ (new way of thinking) untuk memahami dunia (Swidler, 2000)..
Sebagai suatu inovasi pembelajaran DD/CT, diharapkan mampu memberdayakan dosen dan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas pembelajaran dan hasi belajar dapat terus ditingkatkan. Menurut M. Rogers (1995), memerinci adanya lima aspek inovasi yang dapat diterima oleh adopter, adalah sebagai berikut:(1) Relative advantage atau keuntungan relatif, adalah tindakan dimana suatu ide baru dianggap lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya;
(2) Compatibility, adalah sejauh mana suatu inovasi pendidikan dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima inovasi; (3) Complexity, adalah tingkat dimana suatu inovasi pendidikan dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan diterapkan oleh pelaksana pendidikan. Inovasi-inovasi tertentu begitu mudah dipahami oleh beberapa guru, sedangkan guru lainnya tidak. Kerumitan inovasi pendidikan berhubungan negatif dengan kecepatan adopsinya;(4) Trialibility, adalah suatu tingkat dimana sebuah inovasi dapat dicobakan dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tak dapat dicoba lebih dulu;(5) Observability, adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Hasil-hasil inovasi tertentu mudah diamati dan dikomunikasikan kepada orang lain, sedangkan beberapa lainnya tidak. Observabilitas suatu inovasi pendidikan berhubungan positif dengan kecepatan adopsinya
Deep dialogue/critical thinking memuat kelima aspek tersebut diatas, selanjutnya dengan DD/CT orang juga akan mampu mengikuti dunia lain dan secara perlahan-lahan mengintegrasikannya dalam kehidupan dirinya. Kapasitas dialog dan berpikir dalam DD/CT, pada dasarnya mendudukkan seseorang pada posisi yang sejajar, penuh kebijaksanaan dan terbuka satu sama lain. Dengan kegiatan beripikir kritis, orang dapat melakukan pemikiran yang jernih dan kritis, membagi rasa, saling mengasihi sehingga perbedaan pendapat dan pandangan yang ada dapat dipecahkan dan dicerahkan dengan dialog terbuka.
Pembelajaran berbasis Deep dialogue/critical thinking memiliki berbagai kelebihan sebagai berikut :
1. Deep dialogue/critical thinking dapat digunakan melatih peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan imajinatif, menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal dan tradisional. Sehingga peserta didik dapat membedakan mana yang disebut berpikir baik dan tidak baik, mana yang benar dan tidak benar. Dialog mendalam dan berfikir kritis bertujuan untuk mendapatkan pemahaman paling lengkap. Melalui dialog mendalam dan berpikir kritis peserta didik memahami bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya. Berpikir kritis membantu peserta didik menemukenali sekaligus menguji sikap mereka sendiri, serta menghargai nilai-nilai yang dipelajari;
2. Deep dialogue/critical thinking merupakan pendekatan yang dapat dikolaborasikan dengan berbagai metode yang telah ada dan dipergunakan oleh dosen selama ini;
3. Deep dialogue/critical thinking merupakan dua sisi mata uang, dan merupakan hal yang inhernt dalam kehidupan peserta didik, oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran berbasis DD/CT selalu berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga memudahkan peserta didik mengerti dan memahami manfaat dari isi pembelajaran;
4. Deep dialogue/critical thinking menekankan pada nilai, sikap, kepribadian, mental, emosional dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan menyenangkan dan bergairah;
5. Melalui pembelajaran berbasis deep dialogue/critical thinking, baik dosen maupun peserta didik akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman, karena dengan dialog mendalam dan berpikir kritis mampu memasuki ranah intelektual, fisikal, sosial, mental dan emosional seseorang;
6. Hubungan antara dosen dan peserta didik akan terbina secara dialogis kritis, sebab pembelajaran berbasis DD/CT membiasakan dosen dan peserta didik untuk saling membelajarkan, dan belajar hidup dalam keberagaman.
Dalam tataran praksis, kajian deep dialogue/critical thinking sebagai paradigma pengembangan pendidikan berlaku prinsip Unity in policy and deversity in implementation. Justru kenyataan ini sebagai kelebihan lain dari penerapan deep dialogue/critical thinking, sekaligus sejalan dengan pembelajaran yang sedang dikembangakan di perdosenan tinggi yakni Student Centered Learning (SCL) yakni pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar peserta didik, bukan semata aktivitas dosen mengajar. Ciri SCL (Dirjen Dikti, 2005) sebagai berikut: (a) peserta didik belajar baik secara individual maupun berkelompok untuk membangun pengetahuan dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi dan teknologi yang dibutuhkannya secara aktif dari pada sekedat menjadi penerima pengetahuan yang pasif; (2) Dosen lebih berperan sebagai FEE (facilitating, empowering, enabling) dan guides on the sides daripada sebagai mentor in the center yaitu membantu peserta didik untuk menemukan solusi terhadap permasalahan nyata sehari-hari, dari pada sekedar sebagai gatekeeper of information; (c) Peserta didik tidak sekedar kompeten di bidang ilmunya, namun juga kompeten dalam belajar artinya peserta didik tidak hanya menguasai isi mata kuliahnya tetapi mereka juga belajar tentang bagaimana belajar (learn how to learn). Melalui discovery, inquiry, problem solving, klarifikasi nilai dan terjadi pengembangan; (d) belajar menjadi kegiatan komunitas yang difasilitasi oleh dosen yang mampu mengelola pembelajarannya menjadi berorientasi pada peserta didik; (e) belajar lebih dimaknai sebagai belajar sepanjang hayat (learning throughout of life) suatu ketrampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja; (f) belajar termasuk memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik berfungsi sebagai informasi pembelajaran maupun sebagai alat untuk memberdayakan peserta didik dalam mencapai keterampilan utuh (intelektual, emosional dan psikomotor) yang dibutuhkan.
Agar deep dialogue/critical thinking dapat diimplementasikan dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari, perlu diperhatikan kaidah-kaidah DD/CT sebagai berikut:
Pertama, keterbukaan, langkah awal untuk melakukan dialog mendalam dan berpikir kritis individu harus membuka diri terhadap mitra dialog, karena sifat terbuka dalam diri akan membuka peluang untuk belajar, mengubah dan mengembangkan persepsi. Pemahaman realitas dan bertindak secara tepat merupakan hasil berpikir kritis. Dengan demikian ketika masuk dalam dialog, kita dapat belajar, berubah dan berkembang dalam rangka meningkatkan berpikir kritis. Dialog sebagai suatu kegiatan memiliki dua sisi yakni dalam masyarakat (intern) dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya (antar). Hal ini dilakukan mengingat bahwa dialog pada hakekatnya bertujuan untuk saling berbicara, belajar dan mengubah diri masing-masing pihak yang berdialog, sehingga perubahan yang terjadi pada masing-masing pihak merupakan hasil berpikir kritisnya sendiri (self-critical thinking).
Kedua, kejujuran, bersikap jujur dan penuh kepercayaan diperlukan dalam deep dialogue/critical thinking, sebab dialog hanya akan bermanfaat manakala pihak-pihak yang melakukan bersikap jujur dan tulus.Artinya masing-masing mengemukakan tujuan, harapan, kesulitan dan cara mengatasinya melalui berpikir kritis secara apa adanya, serta saling percaya diantara mereka. Dengan demikian kejujuran merupakan prasyarat terjadinya dialog atau dengan kata lain tidak ada kepercayaan berarti tidak ada dialog.
Ketiga, kerjasama. Untuk menanamkan kepercayaan pribadi, langkah awal adalah mencari kesamaan dengan cara bekerjasama dengan orang lain, selanjutnya memilih pokok-pokok permasalahan yang memungkinkan memberi satu dasar berpijak yang sama. Selanjutnya melangkah pada permasalahan umum yang dapat dihadapi bersama atau mencari solusinya. Hal ini penting karena kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama atau dengan bekerjasama akan menghasilkan pemecahan yang menguntungkan pihak-pihak yang bermasalah (win-win solution).
Keempat, menunjung nilai-nilai moral, deep dialogue/critical thinking terjadi manakala masing-masing pihak yang berdialog menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etis atau santun, saling menghargai, demokratis yakni dengan memperlakukan mitra dialog sedemikian rupa sehingga berketetapan hati untuk berdialog. Artinya kita paling mengetahui apa yang kita ketahui, dan mitra dialog kita paling mengerti apa yang mereka ketahui. Di samping itu masing-masing saling mempelajari, untuk memperluas wawasan bersama, untuk memperdalam, mengubah dan memodifikasi pemahaman mereka.
Kelima, saling mengakui keunggulan, deep dialogue/critical thinking akan terjadi manakala masing-masing pihak menghadirkan hati. Dalam berdialog harus menghadirkan hati dan tidak hanya fisik. Dengan menghadirkan hati, masing-masing pihak yang berdialog dapat memberi respon kepada mitra dialog secara baik, dan menghindarkan menjadi penceramah, pengkotbah atau yang mendominasi proses dialog, seolah kita yang memiliki kelebihan daripada mitra dialog kita. Oleh karenanya saling mengakui keunggulan masing-masing akan diperoleh pemahaman bersama secara baik
Keenam, membangun empati. Jangan menilai sebelum meneliti, merupakan ungkapan yang tepat dalam membangun deep dialogue/critical thinking. Kita jauhkan prasangka, bandingkan secara adil dalam berdialog sedapat mungkin kita tidak menduga-duga tentang hal yang disetujui dan hal yang akan ditentang. Membangun empati dalam dialog mendalam pihak-pihak yang berdialog dapat menyetujui dengan tetap menjaga integritas diri mitra dialog, masyarakat dan tradisinya.
DD/CT dapat meningkatkan interaksi multi arah , yakni interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik-dosen. Kondisi ini sesuai dengan prinsip dasar pendekatan DD/CT yang memiliki garapan dalam pembelajaran bahwa peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pengalaman melalui dialog mendalam dan bepikir kritis. Oleh karenanya salah satu ciri pembelajaran DD/CT adalah dosen dan peserta didik dapat menjadi pendengar, pembicara dan peneliti, pemikir yang baik .Interaksi antara dosen-peserta didik antara lain dapat menciptakan pembelajaran yang produktif, ketika menggali informasi untuk menemukan konsep, juga ketiga mengecek pemahaman peserta didik, mengetahui sejauhmana keingintahuan peserta didik (misalnya dengan merahasiakan gambar, membuat permainan untuk membangun komunitas). Dalam diskusi kelompok dan presentasi unjuk kerja, kegiatan bertanya dan menjawab telah mendorong interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan dosen, antara dosen dengan peserta didik. Bahkan kalau mungkin antara peserta didik dengan narasumber yang bukan berasal dari kampus, misalnya pakar hukum, tokoh partai dan pelaku sejarah dan museum dan sebagainya. Interaksi yang terjadi telah secara intensif terjadi ketika mereka berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika mengalami kesulitandan sebagainya. Pentingnya interaksi dalam pembelajaran dengan pendekatan DD/CT bahwa interaksi dalam proses pembelajaran sebagai sesuatu yang lebih luas dari sekedar percakapan, bertanya (Questioning), atau menjawab (answering) antara dua orang atau lebih atau antar kelompok. Interaksi berarti memposisikan masing-masing individu pada posisi yang sama, sehingga secara bersamaan dapat mentransformasikan diri, membuka diri untuk menemukenali pikiran-pikiran yang berbeda. Oleh karena pembelajaran yang mampu meningkatkan interaksi, akan membawa peningkatan berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking).

Oleh: Sri Untari (Dosen Universitas Negeri Malang)

Comments

  1. Aku Ratu Untung, di sini untuk mengemis dan warga saran dari Indonesia dan lain-lain, untuk berhati-hati dengan orang-orang yang menyebut diri pemberi pinjaman mereka. Karena kemiskinan dan kesulitan, saya scammed dua kali oleh beberapa disebut pinjaman pemberi pinjaman, tidak sampai saya datang di kredit clara, yang mengubah hidup saya untuk lebih baik. Sekarang saya bisa makan dengan baik dan anak-anak saya bisa berhenti menangis untuk makanan dan sekarang dapat pergi ke sekolah.
    Jika Anda tertarik untuk mendapatkan pinjaman cepat tanpa colletaral, saya menyarankan Anda menghubungi Ibu Clara pada: Claraloan@financier.com atau Claraaldermanloans@gmail.com untuk lebih saran dan direktif Anda juga dapat menghubungi saya melalui: Ratuuntung2@gmail.com dan saya akan berada di sini untuk membantu Anda mendapatkan pinjaman Anda yang Anda inginkan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

CONTOH SOAL PILIHAN GANDA JOB ORDER COSTING 2

Berilah tanda silang pada  a, b, c, d , atau  e  untuk jawaban yang dianggap paling benar pada soal berikut! 1.  Perhitungan akuntansi biaya untuk pembelian bahan baku dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan menggunakan sistem persediaan….. a.   periodik b.   fisik c.   perpectual d.   rata-rata e.   rata-rata tertimbang 2.  PT. Merdu Indah membeli bahan baku secara kredit $50.000, maka jurnalnya adalah….. a.  pembelian               $ 50.000 kas                            $50.000 b.  pembelian               $ 50.000 utang usaha              $ 50.000 c.  bahan baku             $ 50.000 kas                            $ 50.000 d.  bahan baku             $ 50.000 utang usaha              $ 50.000 e.  bahan baku             $ 50.000 surat berharga           $ 50.000 3.  Kartu yang berfungsi sebagai catatan persediaan perpectual dan buku besar pembantu yang mendukung akun bahan baku adalah kartu….. a.         persediaan b.        tenaga kerja

Contoh dan Latihan Soal Jurnal Umum Akuntansi Perusahaan dagang (Plus Jawaban) 2

SOAL Pada Perusahaan Dagang Daventa, selama bulan januari 20 14  terjadi transaksi-transaksi sebagai berikut. Jan 2     Membeli barang dagang seharga Rp 1.500.000,00 dengan syarat pembelian 2/15, n/30. 7      Dijual barang dagangan kepada PT Melati dengan harga Rp 300.000,00 dengan syarat pembayaran 2/10, n/30 8      Dijual tunai barang dagang dengan harga Rp 200.000,00 11   Dibayar sewa gudang Rp 50.000,00 14    Diterima kembali barang yang dijual tanggal 7 januari sebesar Rp 75.000,00 karena rusak 15   Dibeli tunai barang dagang seharga Rp 230.000,00 17    Diterima kas dari penjualan kepada PT Melati untuk pembayaran faktur tertanggal 7  J anuari  setelah dikurangi dengan potongan tunai. 18    Dibayar beban angkut Rp 30.000,00 untuk pengangkutan barang tanggal 8 januari yang lalu 20    Dijual dengan kredit barang dagang kepada Firma Husada Bandung Rp 400.000,00 dengan syarat pembayaran 3/15, n/30 22    Dibeli tunai barang dagang seharga Rp 250.000,00 23

Contoh dan Latihan Soal Jurnal Umum Akuntansi Perusahaan Jasa 2

Berikut transaksi usaha bengkel motor Mimi Mimi selama bulan Nopember 2014. Nop    1      Nona Mimi menyetor uang untuk modal usaha sebesar Rp 30.000.000 2       Dibayar sewa gedung reparasi sebesar Rp 1.000.000 untuk satu bulan 4       Dibeli perlengkapan keperluan kantor bengkel sebesar Rp 2.000.000 secara tunai 5       Dibeli meja, kursi, computer, dan almari untuk kantor sebesar Rp 5.000.000 secara tunai 6       Dibeli perlengkapan untuk reparasi mobil berupa oli, minyak rem, busi, dan lain-lain sebesar Rp 10.500.000 secara tunai 7       Dibeli dengan tunai obeng, alat dongkrak, alat-alat service dan pencuci kendaraan sebesar Rp 6.500.000 8       Diterima pendapatan service dan reparasi motor sebesar Rp 700.000 10     Diterima pendapatan service dan reparasi selama 2 hari sebesar Rp 1.300.000 11     Dibayar beban listrik bulan ini sebesar Rp 150.000 14     Diterima pendapatan service selama 4 hari sebesar Rp 2.800.000 15     Dibayar beban air sebesar Rp 1